Masih bersama Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolanda. Dalam obrolannya dengan MedanBisnis, pekan lalu, Remigo mengatakan untuk mendukung pengembangan gambir di daerah itu, pihaknya telah membuat suatu gerakan, yakni Gerakan Sejuta Gambir.
Di mana gerakan yang dicanangkan tahun 2011 ini akan dilakukan secara massal khususnya di daerah-daerah yang memiliki kecocokan agroklimat untuk pengembangan tanaman gambir.
Gerakan sejuta gambir telah dimulai dengan melakukan pengembangan pembibitan gambir.
“Untuk mendukung gerakan sejuta gambir kami telah mengalokasikan dana sekitar Rp 1,3 miliar yang dialokasikan dari Dinas Pertanian. Sementara dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) mulai tahun 2006 sampai dengan 2011 jumlahnya sudah mencapai Rp 2,7 miliar,” jelasnya.
Untuk tahun 2011, dana yang dialokasikan sebesar Rp 1,3 miliar tersebut digunakan untuk pengadaan bibit tanaman gambir, perawatan benih serta sarana dan prasarana pembibitan.
Sedangkan dana yang dari Perindagkop digunakan untuk membeli alat pemroses gambir.
Alat ini menurut Remigo telah dibagikan ke masyarakat tani. Namun sejauh ini petani belum tertarik untuk memanfaat alat tersebut karena dianggap rumit. Padahal alat tersebut mampu menekan kehilangan getah gambir disbanding dengan menggunakan alat tradisional yang tingkat kehilangannya lumayan tinggi.
Begitupun, untuk sementara ini, pihaknya tidak akan memaksa petani untuk menggunakan alat modern tersebut. “Secara perlahan-lahan kami akan memberi pembelajaran kepada petani lewat penyulun-penyuluh pertanian bahwa penggunaan alat modern tersebut sangat penting,” jelasnya.
Dari perbincangannya dengan MedanBisnis, Bupati mengatakan, pengembangan gambir ini sudah dirancang sedemikian rupa. Di mana untuk tahun 2011, program yang dijalankan adalah menanam sejuta gambir secara massal dengan lahan seluas 500 hektare. Dan, untuk tahun 2015 diharapkan telah terbangun industri gambir.
“Kami berharap pembangunan industri olahan gambir bisa terlaksana mengingat getah gambir digunakan untuk industri obat-obatan, industri kosmetik, sebagai zat pewarna pada batik dan lain sebagainya,” katanya.
Bahkan pihaknya kata Bupati dengan Badan Litbang telah membahas olahan yang bisa dibuat dari bahan baku gambir. Dan, ternyata gambir bisa dibuat menjadi teh celup dan vitamin yang berbentuk tablet. “Untuk teh celup sendiri kami sudah cobakan dan hasilnya cukup baik. Dan, untuk industri pengolahan ini kami sudah menjalin kerja sama dengan beberapa pengusaha lokal,” jelasnya.
Tingginya semangat Bupati untuk mengembangkan tanaman gambir ini menurut Remigo dilatarbelakangi beberapa faktor, yakni karena gambir tanaman khas atau spesifik Kabupaten Pakpak Bharat, tanaman mudah dibudidayakan dan relatif tidak ada penyakit, tanaman yang komparatif dan kompetitif. Kemudian, gambir termasuk tanaman bernilai ekonomi tinggi, serta termasuk komoditas ekspor.
“Namun, hal yang paling utama karena gambir merupakan tanaman yang sudah membudaya di masyarakat bahkan sudah turun termurun atau regenerasi,” paparnya.
Tujuan pengembangan tanaman gambir ini menurutnya sangat sederhana, yakni meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi Pakpak Bharat.
Mengenai luas dan produksi gambir yang dihasilkan oleh Kabupaten Pakpak Bharat, menurut Remigo tiap tahun mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan. Seperti tahun 2009, berdasarkan data yang dihimpun Dinas Pertanian dan Perkebunan Pakpak Bharat, luas tanaman gambir berkisar 1.050 hektare dengan total propduksi 1.523 ton atau rata-rata produktivitas berkisar 1.675,47 kg per hektare per tahun.
Sementara tahun 2010, luasnya bertambah menjadi 1.051 hektare dengan total perolehan produksi mencapai 1.524,50 ton atau rata-rata produktivitas yang diperoleh berkisar 1.677,12 kg per hektare per tahun. “Dengan adanya gerakan sejuta gambir ini dan rencana pembentukan Badan Usaha Milik Daerah yang akan menampung hasil-hasil pertanian unggulan, kami berharap masyarakat semakin tertarik untuk membudidayakannya, apalagi saat ini pasar gambir semakin terbuka,” kata Remigo penuh semangat.
Berdasarkan data yang diperoleh MedanBisnis dari Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Pakpak Bharat Mukhtar AW, sentra pengembangan tanaman gambir berada di Kecamatan Sitellu Tali Urang (STU) Jehe seluas 582 hektare diikuti Kecamatan Kerajaan seluas 117 hektare dan Kecamatan Tinada seluas 114 hektare. “Sedangakan kecamatan lainnya luasannya kecil-kecil,” terang Mukhtar.
Namun, untuk tahun ini, lanjut Mukhtar, pengembangan gambir akan dilakukan seluas 500 hektare. Akan tetapi, untuk tahun 2012 hingga tahun 2014, pengembangan tanaman gambir akan dilakukan seluas 200 hektare per tahun. (junita sianturi)
dikutip dari :www.medanbisnisdaily.com
0 komentar:
Posting Komentar