Berbicara tentang buah nenas, hal pertama yang muncul dalam benak seseorang adalah rasanya yang asam, yang membuat orang harus mengerutkan dahinya. Namun, untuk nenas Pakpak Bharat tidak diragukan lagi. Rasa dan aromanya dijamin tidak mengecewakan konsumen yang membeli dan mengonsumsinya.
Hal itu juga yang mendasari nenas Pakpak Bharat dikukuhkan sebagai varietas unggul sesuai dengan SK Pelepasan oleh Menteri Pertanian RI No.321/Kpts/SR.120/5/2007 dengan nama Nenas Pakpak. "Jadi, nenas Pakpak Bharat ini sudah dilepas sebagai varietas unggul. Dan, kita bangga akan hal itu karena Pakpak Bharat memiliki komoditas yang punya nilai jual di samping komoditas lainnya seperti gambir, nilam dan kopi. Tinggal bagaimana kita mengemasnya," kata Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolando Berutu kepada MedanBisnis, belum lama ini di ruang kerjanya.
Menurut Remigo didampingi Wakil Bupati H Maju Iliyas Padang, Sekdakab Holler Sinamo dan Assisten Administrasi dan Pembangunan (Assisten II) Sustra Ginting, dalam tiap pameran pertanian baik yang diselenggarakan pemerintah daerah, propinsi maupun pusat, nenas Pakpak Bharat selalu diikutsertakan bersama komoditas unggul lainnya.
Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga telah mengakui kualitas nenas Pakpak Bharat pada Pekan Nasional (Penas) di Palembang tahun 2007 lalu. "Kalau Bapak Presiden sendiri sudah mengakui keunggulan nenas kita ini, mengapa tidak kita kembangkan," katanya.
Karena itulah kata mantan Wakil Bupati Pakpak Bharat periode Juni 2008 - 2010 ini, pihaknya membuka diri bagi investor baik lokal maupun asing yang ingin berinvestasi di Kabupaten Pakpak Bharat. "Kami akan menyambut dengan tangan terbuka dan siap membantu dengan memberikan berbagai kemudahan perizinan dan lain sebagainya bagi investor yang ingin berinvestasi di sektor pertanian dan sektor-sektor lainnya. Apakah itu di industri hulunya ataupun di industri hilirnya," aku bapak tiga anak ini.
Kemudahan yang akan diberikan pihaknya menurut pria kelahiran 6 September 1969 ini, terutama soal perizinan dan infrastruktur. "Kalau soal infrastruktur, kita akan benahi secara bertahap tetapi khusus untuk investor kita akan prioritaskan. Intinya, kami siap membantu investor yang ingin berinvestasi di Pakpak Bharat," kata Bupati mantap.
Menurut Remigo, banyak potensi yang bisa dijual dari Kabupaten Pakpak Bharat ke investor terutama dari sektor pertanian yang menjadi andalan daerah ini. Sebut saja di antaranya, gambir, kopi, nilam, nenas, kemenyan dan jeruk. "Jerukpun saat ini sudah banyak dikembangkan masyarakat Pakpak," ujarnya.
Mengenai potensi lahan, Bupati mengatakan, masih sangat luas. Sejauh ini penggunaan lahan di Pakpak Bharat untuk lahan sawah berkisar 1.622 hektare, lahan pekarangan 2.093,4 hektare, lahan tegal 1.306,5 hektare, penggembalaan 2.227 hektare, hutan negara 87.760 hektare, hutan rakyat 2.250 hektare, perkebunan 8.521,5 hektare dan lahan kering tidak diusahakan luasnya mencapai 16.049,6 hektare.
"Nah, investor bisa memanfaatkan lahan kering yang luasnya mencapai 16.049,6 hektare itu untuk mengembangkan apa saja yang dianggapnya menguntungkan termasuk pengembangan budidaya nenas ini," ujar Remigo.
Jumlah lahan kering yang belum dimanfaatkan itu juga menurut Remigo bisa ditambah lagi dari luas lahan perkebunan yang ada. "Karena menurut catatan kami, dari 8.521,5 hektare lahan perkebunan, ada sekitar 1.063,9 hektare yang pemanfaatannya belum optimal. Jadi, dari segi lahan masih sangat-sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan investor," katanya lagi.
Khusus untuk nenas, kata Bupati, dari segi budidaya tidak perlu perawatan intensif dalam arti kata, sangat mudah dengan biaya produksi yang rendah. Begitu juga dengan serangan hama dan penyakit relatif rendah sementara harga jual selalu tinggi. Karena itulah, untuk tahun 2012, pihaknya melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan mencoba pengembangan industri hilir nenas, seperti pembuatan sirup dan selai nenas. Sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi lagi dibanding dengan menjual buah dalam bentuk segar.
"Memang dengan menjual nenas dalam bentuk buah segar, petani sudah diuntungkan karena harganya yang cenderung tinggi dan stabil apalagi biaya produksinya sangat murah. Namun dengan adanya diversifikasi tersebut tentunya akan menambah nilai tambah produk itu sendiri yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani," ujarnya. (junita sianturi)
dikutip dari : medanbisnisdaily.com
0 komentar:
Posting Komentar