Terkenal dengan daerah penghasil nilam, pada pagelaran Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) ke-37 ini, Kabupaten Pakpak Bharat mempromosikan minyak nilam. Promosi ini diharapkan dapat mengundang investor untuk menanamkan investasinya di Pak-pak Bharat.
“Melalui pameran PRSU ini kita menargetkan ada investor yang berminat mengembangkan perkebunan nilam di Pakpak Bharat. Hal ini mengingat pengelolaan perkebunan nilam saat ini masih secara tradisional, dampaknya produksi belum bisa ditingkatkan,†kata Awang Kurnian, salah seorang tim nilam, didampingi Hotman selaku petugas di Paviliun Pakpak Bharat. Dikatakannya, produksi nilam secara keseluruhan di Phakpak Bharat tergolong masih minim yakni selitar 500kg/tahun. Namun demikian, produksi ini bisa bertambah jika pengelolaannya sudah menggunakan teknologi modren. Semisal dengan budidaya yang terjadwal dan cara tanam yang baik. Selain itu, produksi juga bisa ditingkatkan dengan pemilihan bibit unggul secara selektif.
“Saat ini memang sudah ada investor dari Malaysia yang menginvestasikan lahannya untuk pengembangan kebun nilam seluas 20 ha di Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe (STUJ). Dengan investasi ini, Pemkab Pakpak Bharat mengharapkan ada peningkatan produksi dan pengolahan turunannya,lanjut Awang, seraya menambahkan produk turunan yang dimaksud seperti minyak wangi.
Ditambahkannya, meski sudah menjadi tumpuan hidup sebagian besar penduduk, pengolahan nilam belum begitu dikenal di Pakpak Bharat. Artinya, yang dilakukan petani selama ini hanyalah menjual minyak mentah bagi pengusaha maupun investor yang berminat. Untuk kemudian diekspor oleh pedagang pengumpul tersebut ke negara tujuan ekspor, seperti Malaysia dan negara-negara di Eropa.
“Budidaya nilam ini sendiri sebenarnya cukup mudah, proses penanamannya dapat dilakukan dengan menanam bibit, batang, atau pucuknya. Terlebih dahulu ditanam di polibeg selama 4 hingga 6 minggu. Setelah itu, bibit sudah siap tanam, dan akan berproduksi 6-7 bulan kemudian,†jelasnya. (M35/g)
* Source Harian Sinar Indonesia Baru
“Melalui pameran PRSU ini kita menargetkan ada investor yang berminat mengembangkan perkebunan nilam di Pakpak Bharat. Hal ini mengingat pengelolaan perkebunan nilam saat ini masih secara tradisional, dampaknya produksi belum bisa ditingkatkan,†kata Awang Kurnian, salah seorang tim nilam, didampingi Hotman selaku petugas di Paviliun Pakpak Bharat. Dikatakannya, produksi nilam secara keseluruhan di Phakpak Bharat tergolong masih minim yakni selitar 500kg/tahun. Namun demikian, produksi ini bisa bertambah jika pengelolaannya sudah menggunakan teknologi modren. Semisal dengan budidaya yang terjadwal dan cara tanam yang baik. Selain itu, produksi juga bisa ditingkatkan dengan pemilihan bibit unggul secara selektif.
“Saat ini memang sudah ada investor dari Malaysia yang menginvestasikan lahannya untuk pengembangan kebun nilam seluas 20 ha di Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe (STUJ). Dengan investasi ini, Pemkab Pakpak Bharat mengharapkan ada peningkatan produksi dan pengolahan turunannya,lanjut Awang, seraya menambahkan produk turunan yang dimaksud seperti minyak wangi.
Ditambahkannya, meski sudah menjadi tumpuan hidup sebagian besar penduduk, pengolahan nilam belum begitu dikenal di Pakpak Bharat. Artinya, yang dilakukan petani selama ini hanyalah menjual minyak mentah bagi pengusaha maupun investor yang berminat. Untuk kemudian diekspor oleh pedagang pengumpul tersebut ke negara tujuan ekspor, seperti Malaysia dan negara-negara di Eropa.
“Budidaya nilam ini sendiri sebenarnya cukup mudah, proses penanamannya dapat dilakukan dengan menanam bibit, batang, atau pucuknya. Terlebih dahulu ditanam di polibeg selama 4 hingga 6 minggu. Setelah itu, bibit sudah siap tanam, dan akan berproduksi 6-7 bulan kemudian,†jelasnya. (M35/g)
* Source Harian Sinar Indonesia Baru
0 komentar:
Posting Komentar